Minggu, 03 Januari 2010

SEORANG SYEKH DAN BEO-NYA


Alkisah, hiduplah seorang Syekh yang sangat ‘alim di sebuah negeri. Sang Syekh ini punya seekor burung Beo yang begitu disayanginya. Sedemikian sayangnya, sampai-sampai Syekh tadi bertekad untuk melatih Beo-nya agar bisa mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah.

Dengan tekun dan penuh kasih saying, Beo itu diajari berbagai kalimat thoyibah. Berkat ketekunan sang Syekh, akhirnya berhasil juga Beo itu mengucapkan “ Laa ‘ilaaha ‘illAllah “. Betapa girang hati sang Syekh atas keberhasilannya itu. Sebagai wujud dari sukacitanya, ditempatkanlah Beo dan sangkarnya di dekat pintu masuk rumah sang Syekh.

Sebagai seorang yang terpandang karena ilmunya, tentulah rumah sang Syekh tak pernah sepi oleh kunjungan tamu yang sekedar bersilaturrahim hingga yang khusus datang untuk menimba ilmu agama kepada beliau ini. Jadi, tiapkali ada tamu yang datang, Beo itu menyambut dengan ucapan “Laa ‘ilaaha ‘illAllah“. Begitu pula saat para tamu itu pulang, Beo pun mengiringi dengan “Laa ‘ilaaha ‘illAllah“.

Demikianlah, kebahagian sang Syekh berlangsung sepanjang hari hingga pada suatu hari yang tidak terduga-duga. Tatkala sang Syekh sedang asyik memberi makan si Beo, datanglah para tamu yang ingin bertemu beliau. Karena tergesa-gesa, sang Syekh lupa menutup pintu sangkar si Beo tersebut. Rupanya, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seekor kucing, yang acap berkeliaran di sekitar kediaman Syekh itu. Maka dengan sekali terkam, matilah si Beo “.. keekkkkkk… “

Begitu nyaring suara si Beo itu, membuat Syekh terperanjat dan segera saja meninggalkan para tamunya. Betapa sedih sang Syekh menyaksikan kematian tragis Beo yang disayanginya. Dengan penuh kegundahan dan diiringi linangan air mata, Syekh pun mengubur si Beo dengan khidmat. Sepeninggal si Beo, Syekh pun menjadi seorang pemurung. Hari-hari banyak dilewati dengan berdiam diri, merenung dan menangis. Tak urung, perubahan ini membuat khawatir para anggota, tetangga serta para sahabat Syekh tersebut.

Berbagai cara diupayakan untuk menghibur Syekh agar melupakan si Beo itu. Para sahabat, kerabat dan tetangga bergantian menawarkan Beo-beo yang lain sebagai pengganti. Tapi semua ditolak oleh Syekh. Demikianlah hal itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Hingga pada suatu hari, Syekh mengundang para kerabat, tetangga dan sahabat untuk mendengarkan penjelasan atas sikapnya setelah kematian Beo kesayangannya itu.

“ Terima kasih atas perhatian kalian semua kepadaku. Aku memang bersedih karena Beo-ku mati. Tapi bukan karena itu aku menjadi murung berkepanjangan. Diantara kalian tentu ada yang hadir disini ketika Beo itu mati diterkam oleh kucing yang lapar itu. Kalian tentu masih ingat suara terakhir yang terucap dari mulut Beo itu.. “ keeekkkk..” .. Begitulah yang terucap. Sungguh gundah hatiku, kenapa bukan “ Laa ‘ilaaha ‘illAllah “ yang terluncur dari mulutnya saat menjelang ajal .. Setelah peristiwa itu, makin khawatirlah aku akan keadaan diriku. Apakah aku akan mampu menyebut “ Laa ‘ilaaha ‘illAllah “ saat aku mati nanti ? “

Banyak orang berfikir bahwa menjadi anak tunggal itu sangat nyaman dan dimanja karena kasih sayang orang tua hanya tertuju untuk kita seorang. Pernyataan itu boleh jadi benar. Namun di balik itu, banyak perjuangan sang anak tunggal yang mungkin tidak dialami oleh si sulung dan si bungsu.

Selasa, 15 Desember 2009

Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura.

Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.

Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-masing, mereka bertarung di atas air.

“Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau tidak…”

pulau hantu


Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut.

Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke sana-kemari sekehendajk hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya.

Para dewa di kayangan mura karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu.

si kancil dan si siput


Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa....rrrrgh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.

“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.

Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.

anjing dan bayangannya


Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya. Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya
Pocong perempuan di sekitar makam

Hantu perempuan cantik sering menemui warga, memohon agar dilepas tali pocongnya. Wujudnya bisa berubah-ubah, dari perempuan yang sangat cantik sampai pocongan yang menyeramkan.

Bulan November 2001, adalah saat yang paling menakutkan bagi warga di sekitar makam Karang Menjangan, Surabaya. Pasalnya, sejumlah warga mengaku sering ditemui oleh hantu yang menakutkan. Kabarnya, hantu tersebut penjelmaan seorang perempuan yang baru saja dikubur, tetapi lupa dilepas tali pocongnya.

Menurut cerita sejumlah warga, beberapa waktu yang lalu warga Jojoran Tempel meninggal dunia. Jenazahnya hanya dimakamkan oleh delapan orang, termasuk sang suami. Pemakaman itu dilakukan menjelang maghrib. Menurut kesaksian, sang suami melarang modin melepas tali pocongnya. Entah alasan apa yang mendasari keputusan tersebut.

Selang beberapa saat, sejumlah warga mengaku ditemui oleh hantu perempuan. Wujudnya selalu berubah-ubah, tetapi permintaannya tetap sama: memohon agar tali pocongnya dilepas. Bila ia berbentuk perempuan cantik maka ia akan mengajak orang yang ditemuinya untuk datang ke makamnya, lalu melepaskan talinya.

Meski warga menduga bila pocongan itu disebabkan oleh tali pocong yang tidak dibuka, tetapi seorang paranormal setempat menolak anggapan itu. Menurutnya, yang menjadi pocong bukanlah jenazah itu, melainkan penghuni gaib di makam tersebut. Mereka memanfaatkan roh mayat itu untuk menakut-nakuti warga.

Hal itu bisa terjadi karena keluarga jenazah belum mengadakan kenduri atau selamatan khusus. Agar terbebas dari pengaruh mahkluk gaib di sekitar makam, maka keluarga mayat harus menyelenggarakan upacara khusus itu.
cerita hantu



Tak mau dimadu, arwahnya gentayangan

Seorang istri yang tak sudi dimadu oleh suaminya memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di komplek perumahan Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Kini, arwahnya sering menggoda lelaki. Balas dendamkah?

Malam itu David baru saja memberikan pelajaran privat Bahasa Inggris kepada salah satu muridnya yang tinggal di komplek perumahan Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Ia segera menghidupkan mobilnya dan meninggalkan rumah sang murid.

Belum sempat keluar dari komplek itu ia dikagetkan dengan seorang wanita yang tiba-tiba menyeberang di hadapannya. Dengan susah payah ia menghentikan laju kendaraannya. Sambil menggerutu ia kembali menjalnkan mobilnya.

Tapi, belum sempat David mengoper persneling mobil, perempuan tadi sudah menghilang. David mencoba mencarinya melalui kaca spion. Namun, perempuan tadi benar-benar menghilang. Padahal, bila dinalar, seharusnya perempuan itu belum lenyap dari pandangannya.

Di tengah rasa ketakutan yang memuncak, David mencoba bertanya pada orang yang berada di komplek tersebut. Selidik punya selidik, perempuan misterius itu sering muncul di komplek itu. Konon, wanita tersebut adalah penjelmaan seorang istri yang mati bunuh diri di tempat tersebut. Wanita itu tak sudi dimadu oleh suaminya sehingga ia memilih bunuh diri.

Sejauh ini warga hanya menghubung-hubungkan kemunculan wanita misterius itu dengan kisah bunuh diri beberapa tahun silam. Namun, tak ada yang tahu dengan pasti siapa perempuan misterius itu.